Minggu, 23 Desember 2018

Rahasia Nasi Tahu Ibu Sarti

Pulau Bali tidak hanya menjanjikan pemandangan yang indah dan pertunjukan seni yang mengagumkan. Pulau Bali juga menawarkan berbagai kuliner yang hanya dapat anda nikmati di Pulau Dewata ini. Kuliner yang ditawarkan Pulau Dewata tidak hanya babi guling, lawar, dan ayam betutu. Nasi Tahu Ni Sarti merupakan salah satu list kuliner yang wajib anda nikmati saat berlibur ke Pulau Dewata.

Nasi Tahu Ni Sarti merupakan kuliner tradisional khas bali yang dijual turun temurun sejak 50 tahun yang lalu tepatnya tahun 1963. Saat ini, Ibu Sarti merupakan pewaris kuliner yang menggugah selera ini. Walaupun sudah berusia 75 tahun, Ibu Sarti masih bersemangat untuk melayani setiap pelanggan yang ingin mencicipi kelezatan kuliner olahan keluarganya. Ibu Sarti dibantu oleh adiknya (Bapak Wayan) dan 
iparnya (Ibu Wayan) dalam mengolah kuliner ini. 
Gambar 1.1 Ibu Sarti
Sumber : https://www.google.com/maps/
Walapun berjualan di dalam rumah, namun para pelanggan tidak merasa kesulitan untuk mencari lokasinya dikarenakan banyak pelanggan Ibu Sarti yang mengaku sudah berlangganan sejak duduk di bangku sma sampai sekarang sudah mempunyai cucu masih tetap setia berlangganan.
Warung nasi tahu Ibu Sarti terletak disebelah barat pasar seni sukawati, tepatnya disebelah utara konter sukawati cellular. Warung nasi tahu Ibu Sarti beroperasi mulai pukul 07.00 WITA sampai dengan pukul 13.00 WITA. Sehingga, bagi kalian yang merasa lapar setelah berkeliling di Pasar Seni Sukawati untuk membeli oleh-oleh untuk orang tercinta, nasi tahu Ibu Sarti adalah pilihan yang tepat untuk mengobati rasa lapar anda. Harga yang ditawarkan juga sangat bersahabat dengan kantong kalian. Hanya dengan Rp.10.000 kita sudah bisa mencicipi lezatnya nasi tahu Ibu Sarti dan segelas es gula.
Gambar 1.2 Lokasi Warung Ibu Sarti
Sumber : https://www.google.com/maps/
Setelah memasuki pintu rumah, jangan heran jika warung nasi yang kalian datangi tidak seperti warung nasi lainnya yang menyajikan meja dan kursi dengan dekorasi yang sedemikian rupa. Nasi tahu Ibu Sarti hanya menyediakan sebagian dari rumahnya, yaitu bale delod dan bale dangin sebagai tempat untuk menikmati kuliner khas sukawati ini. Selain itu, Ibu Sarti juga tidak menyiapkan peralatan makan seperti sendok dan garpu. Jadi kalian harus menggunakan tangan untuk menikamtinya jika memilih untuk makan di warung Ibu Sarti. 
Gambar 1.3 Pelanggan menikmati nasi tahu di bale dangin
Berbicara mengenai menu, menu yang ditawarkan sangat sederhana, yaitu : nasi, sayur kacang panjang dan toge yang dibumbui parutan kepala, tahu, kerupuk tahu, sambal cabai, sambal matah, dan kecap. Yang membuat kuliner ini masih tetap berkibar diantara banyaknya kuliner yang tersebar di Pulau Dewata adalah rasa masakannya yang khas. Rupanya, rasa masakan yang khas berasal dari bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan oleh beliau dalam mengolah masakannya. Beliau mengungkapkan jika di dalam olahan masakannya, beliau tidak menggunakan pewarna atau pemanis setetespun di dalamnya. Selain itu, beliau juga masih tetap mempertahankan bahan-bahan alami dalam menyajikan masakannya. Salah satu hal yang paling unik adalah penggunaan daun pisang atau yang sering disebut (tekor) oleh masyarakat bali yang digunakan sebagai pengganti piring dan kertas minyak oleh Ibu Sarti. 
Gambar 1.4 Tekor yang terbuat dari daun pisang
Sumber : https://web.stagram.com/satuabali
Pelanggan sering menyebut nasi tahu Ibu Sarti dengan sebutan nasi bom. hal ini dikarenakan rasa pedas yang ditimbulkan dari sambal Ibu Sarti yang asli pedas berasal dari cabai. Ibu Sarti menawarkan 3 pilihan sambal, yaitu: sambal mentah (baskom putih kecil), sambal ketela (baskom putih besar), dan sambal cabai (baskom biru). Bagi pelanggan yang ingin menyantap di rumah Ibu Sarti, pelanggan bebas mengambil porsi sambal yang mereka kehendaki. 
Gambar 1.5 Variants sambal Ibu Sarti
Sebagai pendamping nasi tahu, warung Ibu Sarti juga menyediakan es gula sebagai penawar dahaga anda. Jangan khawatir, es gula buatan Ibu Sarti juga tidak menggunakan pemanis dan pewarna buatan yang jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dapat mengancam kesehatan kita. Es gula hanya terdiri dari es, air, gula, dan jeruk nipis. Walaupun demikian, rasa es gula yang ditawarkan benar-benar berbeda dari beberapa jenis es gula yang pernah kita rasakan sebelumnya. 
Gambar 1.6 Es gula khas Ibu Sarti
Rasa yang dapat bertahan hingga 50 tahun ternyata berasal dari resep sederhana yang masih dipertahankan saat ini, mulai dari peralatan tradisional seperti cangkem paon yang sudah jarang kita temukan saat ini namun masih ajeg digunakan oleh Ibu Sarti. Cangkem paon merupakan kompor tradisional khas bali atau tungku khas bali yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Cangkem paon terdiri dari 3 tungku. Ibu Sarti menggunakan tungku paling kiri untuk menggoreng tahu, kerupuk tahu, dan merebus cabai. Sedangkan tungku paling tengah digunakan untuk memasak beras dan sayur. Tungku yang paling kanan digunakan khusus untuk memasak air panas. Walaupun kompor gas jauh lebih praktis dan hemat, Ibu Sarti mengaku jika rasa masakan yang dimasak menggunakan kompor gas dan cangkem paon sangat berbeda. Masakan yang dimasak menggunakan kayu bakar akan terasa lebih gurih. Oleh karena itu, rumah Ibu Sarti dipenuhi oleh tumpukan kayu bakar yang sengaja ia stock untuk persediaan memasak. 

Gambar 1.7 Cangkem paon Ibu Sarti
Selain untuk mengolah masakan untuk dijual, keluarga ibu Sarti juga menggunakan kayu bakar dalam mengolah masakan sehari-hari keluarga. Namun Ibu Sarti tidak menggunakan cangkem paon 3 tungku, beliau menggunakan cangkem paon 1 tungku atau yang lazim disebut (keren) oleh masyarakat bali. Ibu Sarti sering menggunakan keren tersebut untuk memasak gula untuk es gula yang dijualnya. Ibu Sarti hanya menambahkan daun pandan untuk membuat gula olahannya tercium harum alami. 

Gambar 1.8 Keren Ibu Sarti
Selain cangkem paon dan keren, peralatan tradisional lainnya yang digunakan oleh Ibu Sarti adalah penggunaan cobek (penguligan) dalam mengolah sambal tahu khas Ibu Sarti. Walaupun ada blender yang menawarkan kehematan waktu, namun Ibu Sarti masih tetap memilih cobek untuk menghaluskan cabai demi mendapatkan citra rasa sambal yang khas. Sambal yang dibuat menggunakan cobek adalah sambal tahu yang berisi ketela dan sambal tahu pedas yang tidak berisi ketela. Masyarakat mengaku, banyak yang mencoba untuk membuat sambal seperti buatan Ibu Sarti, namun tidak satupun yang bisa menyamai lezatnya sambal Ibu Sarti.
Gambar 1.9 Proses pembuatan sambal dengan cobek
Selain cangkem paon dan cobek, ada satu lagi peralatan tradisional khas bali yang sudah sangat jarang digunakan dewasa ini karena sudah digantikan oleh magic com maupaun tempat nasi modern lainnya. Peralatan tersebut bernama (sok). Sok merupakan tempat nasi tradisional yang terbuat dari anyaman bambu. Ibu Sarti menggunakan ini untuk menyimpan dan menjaga rasa nasi yang dibuatnya agar tetap gurih. Sok asi ini dapat memberikan rasa gurih yang berasal dari seart-serat bambu yang sudah dianyam. Sok asi Ibu Sarti juga dilengkapi dengan sendok tradisional yang dibuat dari buah kelapan. Masyarakat bali sering menyebutnya dengan istilah kau-kau. 

Gambar 1.10 Sok asi dan kau-kau
Selain menikamti masakan tradisional khas sukawati, kita juga dapat melihat peralatan dapur traidisonal khas bali yang sudah sangat jarang dapat kita temui dewasa ini. Selain itu, kita dapat mengambil pelajaran dari Ibu Sarti. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan dapat membantu mengobati lingkungan kita yang tengah berduka dikarenakan plastik yang sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat. Mari kita gunakan bahan-bahan ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan plastik dewasa ini. Bagaimana? Sangat menginspirasi bukan? penasaran? Yuk langsung mampir ke warung nasi tahu Ibu Sarti, atau bisa langsung klick link berikut atau tap google maps dibawah detail alamatnya. 

Kunjungi dan rasakan lezatnya, hanya di Nasi Tahu Ibu Sarti 😍




Open             : 07.00-13.00 WITA
Price             : Rp 10.000/portion
Contact us     : https://web.stagram.com/nasitahusukawati
Address         : Jl. Lettu Wayan Sutha I, Br. Gelulung Sukawati, Gianyar-Bali